25/10/11

Perkembangan Kecerdasan Anak

Anak merupakan individu yang selalu tumbuh dan berkembang. Berbagai aspek perkembangan harus selalu diperhatikan untuk menghasilkan individu yang optimal. Selain perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa dan personal sosial, kecerdasan juga sangat penting diperhatikan.  Kecerdasan merupakan kemampuan atau pengetahuan mental yang bersifat abstrak untuk menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Komponen utama dalam kecerdasan adalah kemampuan verbal, keterampilan pemecahan masalah, kemampuan belajar, dan kemampuan beradaptasi dengan pengalaman dalam  kehidupan sehari-hari.
 
Kecerdasan antara anak tentu saja berbeda. Kecerdasan pada bayi baru lahir tidak sama dengan kecerdasan pada balita. Pada usia bayi, kecerdasannya masih seputar perkembangan kemampuan motorik dan bahasa. Sedangkan pada usia balita, kemampuan ini berkembang menjadi kemampuan motorik kasar, motorik halus, bahasa, hingga kemampuan personal dan sosial. Kecerdasan pada anak bisa dideteksi sejak dini, bahkan sejak ia baru lahir. Perkembangan kecerdasan ini harus diperhatikan oleh orang tua dan bila sudah bersekolah, para guru wajib untuk memantaunya. Sehingga apabila terdeteksi adanya gangguan kecerdasan dapat dicari intervensi yang tepat bagi anak.

Perkembangan kecerdasan anak
Kecerdasan anak akan berkembang dengan pesat hingga usia 2 tahun. Dalam teori plastisitas otak, dikatakan otak akan berkembang secara maksimal dalam 2 tahun pertama kehidupan yang selanjutnya dikatakan golden period. Dalam masa ini, anak harus diberikan stimulasi yang baik sehingga dapat berkembang sesuai dengan potensinya. Kecerdasan dipengaruhi oleh 2 faktor yang saling terkait yaitu: faktor keturunan (bawaan,genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus. Faktor lingkungan sangat mendukung pengembangan kecerdasan anak sejak di dalam kandungan, masa bayi dan balita hingga usia sekolah serta remaja. Perkembangan kecerdasan anak dapat diperoleh dari intervensi sejak dini dari lingkungan baik keluarga atau sekolah yang sangat berperan aktif dalam perkembangan kecerdasan anak. Perlakuan intervensi tetap akan menghasilkan perkembangan kecerdasan yang meningkat di sekolah hingga dewasa. Sekolah merupakan tempat yang tepat untuk meningkatkan kecerdasan anak karena di dalam sekolah terjadi aktivitas untuk melatih kecerdasan dengan adanya dorongan untuk mendapatkan nilai yang memuaskan serta kesuksesan.

Pengukuran Kecerdasan
Intelegensia merupakan gabungan berbagai fase kecerdasan, meliputi cara berfikir abstrak, daya ingat sesuatu rangsang yang diterima melalui penglihatan dan pendengaran, pemecahan sebab akibat, ekspresi pemikiran melalui bicara, kapasitas untuk manipulasi dan kemampuan komprehensi. Secara formal kecerdasan dinilai dengan Intelligent Quotient (IQ).  Berbagai alat pemeriksaan kecerdasan telah banyak dilakukan. Dengan adanya nilai IQ kita dapat mengukur sejauh mana kecerdasan anak. Alfed merupakan orang yang pertama menemukan tes intelegensi  namun orang yang pertama mengembangkan tes intelegensi adalah Galton yang melakukan tes ukuran batok kepala, ketajaman penglihatan, ingatan terhadap bentuk isual, kemampuan bernafas, dan kekuatan genggaman tangan untuk mengukur tingkat kecerdasan anak. Kemudian muncul klasifikasi kecerdasan yang dikembangkan oleh Binet dan Simon yaitu: idiot (IQ 30 ke bawah), embisil  (IQ 31-50), debil (IQ 51-70), slow-learned (IQ 71-90), normal (IQ 91-110), rapid-learned (IQ 111-130), dan gifted (IQ 131 ke atas). Saat sekarang beberapa terminologi yang dikemukakan oleh Binet & Simon telah ditinggalkan. Istilah idiot, embisil, debil tidak digunakan lagi.

Cara pemeriksaan IQ ada bermacam-macam, yaitu:
  1. Wechsler Intelligence scale for Children Fourth Edition (WISC-IV) : tes IQ ini digunakan pada anak usia sekolah, sejak usia 6 tahun hingga usia 16 tahun 11 bulan 30 hari. Yang diperiksa pada tes IQ ini adalah Verbal Comprehension Index (VCI), Perceptual Reasoning Index (PRI), Working Memory Index (WMI), Processing Speed Index (PSI) dan Full Scale Intelligence Quotient (FSIQ)
  2. Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence, third Edition: digunakan pada usia 2 tahun 6 bulan hingga 7 tahun 3 bulan 30 hari.
  3. Stanford-Binet Intelligence Scales, Fifth Edition (SB5): dinilai sejak usia 2 tahun hingga 85 tahun.
  4. Griffith's mental development scales. Tes IQ ini dapat digunakan sejak bayi lahir.
Retardasi mental
Retardasi mental (RM) adalah gangguan inteligensi yang disebabkan ganggguan sejak dalam kandungan sampai masa perkembangan dini (5 tahun). Dalam tipenya RM terlihat sebagi anak yang tidak dapat berkomunikasi, tidak dapat mengurus diri sendiri dan dapat disertai kelainan saraf lainnya. RM sering diketahui saat anak sekolah karena ketidaksanggupan mengikuti pelajaran formal.

Klasifikasi Retardasi Mental (RM):
a. RM berat: anak tidak dapat berkomunikasi, tidak dapat mengurus diri sendiri dan disertai kelainan saraf lainnya seperti lumpuh, buta dll.
b. RM ringan: sering ditemukan saat sekolah dan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak tidak mampu mengikuti pelajaran formal, insidensinya 5-10%.

Ringkasan
Perkembangan kecerdasan anak dimulai sejak dalam kandungan hingga lahir. Sesuai dengan plastisitas otak, kecerdasan anak diharapkan optimal hingga usia 2 tahun. Berbagai pihak wajib selalu menstimulasi anak hingga mencapai optimal. Tidak hanya peran dari orang tua, guru di sekolah pun wajib memperhatikan kecerdasan anak saat belajar. Kecerdasan masing-masing anak berbeda-beda tergantung tingkat IQ. Dengan mengetahui angka IQ diharapkan anak dapat menempati posisinya sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

Daftar Pustaka 
  1. Swaiman KF. Neurologic examination after the newborn period until 2 years of age. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM, penyunting. Pediatric neurology. Edisi ke-4.Philadelphia:Mosby Elsevier.2006;hlm 37-46.
  2. Swaiman KF. Neurologic examination of the older child. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM, penyunting. Pediatric neurology. Edisi ke-4.Philadelphia:Mosby Elsevier.2006;hlm 17-35.
  3. Sherr EH, Shevell M. Mental retardation & global developmental delayed. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM, penyunting. Pediatric neurology. Edisi ke-4.Philadelphia:Mosby Elsevier.2006;hlm 799-820.
  4. Michelson DJ, Shu SK. Cognitive & motor regression. Dalam: Swaiman KF, Ashwal S, Ferriero DM, penyunting. Pediatric neurology. Edisi ke-4.Philadelphia:Mosby Elsevier.2006;hlm 821-53.
  5. Perkembangan kecerdasan anak. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com.
  6. Shonkoff JP. Mental retardation, in Behrman RE & Vaughan VC, Nelson Textbook of Pediatrics, 17th Ed. WB Saunders, Philadelphia, 2006, p 94-98
  7. Soetjiningsih, Retardasi mental, in Ranuh G, Tumbuh Kembang Anak, Penerbit buku Kedokteran EGC, 1995,p 191-202
Penulis: Mia Milanti Dewi,dr,SpA
Disampaikan dalam Acara Pelatihan Hidup Sehat Seri ke-3 "Memahami Kesehatan Anak Dididk", Bandung 22 Oktober 2011, diselenggarakan oleh Forum Ilmu - Bandung